--> Skip to main content

Kau Inspirasiku

Blank. Itu yang dirasakan Ica ketika ayahnya menempeli penuh di dinding kamarnya dan di meja belajarnya selebaran deadline lomba kepenulisan yang diikutinya. Lomba kepenulisan apapun. Lomba menulis cerpen, puisi, karya tulis ilmiah, essay. Ia mengamati satu per satu selebaran yang ditempel ayahnya, mencari deadline pengumpulan yang paling dekat.
Oh ini dia. Cerpen. Deadline dua hari lagi. Apa? Dua hari lagi? Mati aku. Mana belum dapat tema. Iya. Temanya apa ini? Astaga. Tema bebas. Aaaahhhh.
Teriakan nyaring Ica terdengar hingga di setiap sudut rumahnya. Ayah, ibu, dan kakak laki  lakinya hanya menggerutu di tempat saja tanpa memastikan keadaan Ica di dalam kamar seperti apa, karena teriakan  teriakan Ica itu selalu ia lakukan setiap hari. Pada awalnya mereka bertiga khawatir dengan teriakan Ica dan segera menghampiri Ica untuk memastikan keadaannya, Ada apa, Dek? Kenapa teriak keras sekali? Ada yang sakit?
Hanya bingung sama desain mana yang tepat buat tokoh dalam game. Ayah, ibu, kakak bisa kasih saran? jawab Ica polosnya.
Oooohhh


Ayah, ibu, dan kakak Ica, salah satu dari mereka baru akan menghampirinya jika setelah teriakannya yang nyaring, dia berteriak lagi, Ayaaah. Adek bingung.
Ayah yang dipanggil ternyata. Segera ke sana, Yah. Sebelum mendapat panggilan kedua. Sepertinya dia depresi berat karena selebaran yang ayah pasang di setiap sudut kamarnya. Hihihi
Biarin aja dia yang ke sini, Yah. Yang butuh siapa. Jangan manjain putri semata wayangmu, Ayah, gerutu Aca menikmati sarapan pagi favoritnya.
Dasar Kak Aca membawa pengaruh buruk, celetuk Ica tiba  tiba saja sudah duduk berseberangan di depan kakaknya.
Yang buruk itu semua yang kamu lakuin pagi ini. Teriak  teriak semau nya sendiri. Enggak beretiket sama sekali. Alay nya enggak ketulungan. Nilai nol besar patut diberikan itu.
Huuuh orang sinis itu ya kamu, Kak!
Ica keceplosan mengatakan kata yang paling tidak disukai oleh Kakaknya. Segera pasang sikap waspada ketika kakaknya mulai bergerak mendekatinya, hendak mengacaukan dandanan Ica pagi ini.
Kaaaak ampun.. teriak Ica berlari sekencang mungkin, menjauhi kakaknya.

“What are you doing, Ca?
Lagi makan. Makan hati.
Ha? ucap Reza terperangah. Jelas sekali Ica sedang berkutat bosan dengan selebaran kertas kosong, tapi kenapa dia mengakui hal yang berbeda. Saking bingungnya dia, Reza kembali bertanya, Kok jawabnya sinis gitu, Ca. Lagi ribut lagi sama Aca kah?
Iya. Jangan mengusikku. Puas.
Nyali Reza menciut seketika. Dia menundukkan kepalanya, mundur beberapa langkah, kemudian dengan perlahan bergerak menjauhi Ica yang berusaha menahan tawa. Merasa tidak ada gunanya lagi ia berbincang dengan Ica.
Lembek banget sih dicuekin gitu aja, goda Ica tersenyum puas. Ica mengikuti Reza secara diam-diam setelah Reza meninggalkan kelas karena gertakannya.
Reza terheran-heran menyadari Ica sudah duduk di sampingnya. Reza masih terbawa suasana hati Ica sebelumnya, sehingga ia tetap diam, tak berniat menanggapi. Ia masih was-was, takut  jika ini merupakan trik yang dilancarkan Ica untuk kembali mengekspresikan rasa kesalnya.
Loh, Re. Kok diam. Reza. Reza. Za, rengek Ica menggerak-gerakkan tangannya di hadapan Reza yang baginya dapat membuyarkan lamunan Reza.
Reza menangkap tangan Ica yang terus ia gerak-gerakkan untuk membuat Reza bereaksi secara tiba-tiba. Reza menggenggam tangan Ica erat-erat setelah itu. Walau pada awalnya Ica kaget, namun tingkah serius yang sekarang ditunjukkan Reza, Ica turuti saja. Begitu pula setelah itu Reza membawanya ke rumah Reza, Ica hanya mengikuti saja. Tanpa berniat memberontak.

Ica terkagum-kagum dengan dengan interior rumah Reza, terutama dalam kamarnya. Di luar prediksi semua orang jika melihat dari kebiasaan Reza yang dapat dikatakan tidak menyukai dunia kepenulisan. Reza terbilang anak penurut yang selalu melakukan apa yang diinginkan orang tuanya. Ia menjadi vokalis band sekolah yang digandrungi semua anak-anak cewek di sekolah karena permintaan bundanya. Menjadi ketua OSIS di sekolah juga karena permintaan ayahnya. Bahkan sebagai satu-satunya teman yang bisa membuat Reza menjadi penurut, Ica, tidak mengetahui rahasia Reza. Rahasia yang membuatnya begitu kagum dan terkejut.
Wooooowww Za. Keren banget!
Banyak piagam penghargaan sebagai pemenang event berbagai kepenulisan terpajang di dinding kamar Reza. Tidak hanya itu yang membuat Ica terkagum-kagum. Di dinding kamar Reza terdapat semua hal yang berkaitan dengan dunia kepenulisan. Mulai dari event yang Ica ketahui karena ayahnya yang memasang di dinding kamarnya dan banyak event lain yang jauh lebih keren. Ada juga tips-tips kepenulisan dalam berbagai versi yang membuat Ica semakin minder dengan kemampuan menulisnya. Padahal ia sudah cukup merasa yakin bahwa tulisannya setidaknya layak dikategorikan sebagai kontributor.
Kamu satu-satunya teman yang bisa bikin aku jadi anak penurut. Sikapmu kayak gitu tadi bikin aku takut.
Eh, apa, Za? Aku terlanjur fokus sama yang ada di hadapanku nih!
Maka dari itu, setelah aku cari tahu apa penyebabnya kamu begitu murung tadi pagi, aku mengajakmu ke sini, Ca. kamu yang gagal dalam lomba event menulis cerpen untuk kesekian kalinya kan? Padahal kamu cukup membanggakan diri bakal jadi kontributor lah minimal. Omong kosong.
Hehehe Jangan gitu, Za. Tambah bikin nyaliku menciut. Ini semua serius karya kamu sendiri?
Perlu aku hubungi satu-satu penyelenggara lombanya ta?
Hehehe enggak. Enggak perlu. I trust you. Unpredictable. Serius, Za, ucap Ica tersenyum nyengir.
Reza menceritakan semua rahasianya kepada Ica. Awal mula perjuangannya dalam dunia kepenulisan hingga bisa memenangkan berbagai event kepenulisan. Tanggapan orang tuanya yang meremehkannya hingga saat ini pun. Perjuangan yang berat untuk terus menyembunyikan bakat menulisnya karena permintaan orang tuanya.
Gila. Penurut banget sih sama orang tuamu, komentar Ica menggelengkan kepala.
Yah. Inilah aku yang sebenarnya, Ca. Jika kamu mau, kamu bisa sering main ke rumahku buat belajar semua ini. Siapa tau dapat inspirasi dan bisa memperlancar bakatmu keluar.
Yaaa kamu bener banget. Ahaa Kan kamu bener banget.
Bener apanya?
Ahaaaa akhirnya. Akhirnya aku dapat judul cerpen buat event 2 hari lagi. Hoho. Reza, kau inspirasiku. Benar sekali. Kau inspirasiku.
Judulnya kau inspirasiku maksudnya?
Itu temanya. Judulnya lagi otw nih. Apa yang pas. Hmmmm Menulis Kata Cinta.
Hmmmm boleh juga, komentar Reza.
Iya, Za. Menulis kata cinta buat kamu. Karena aku mulai jatuh cinta ke kamu saat ini.

By:  Della Evanely
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar